Saat
ini jumlah pengusaha usaha mikro tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan
jumlah populasi
penduduk di Indonesia. Demikian juga jumlah pendamping usaha mikro juga
terbatas, tidak sebanding dengan jumlah usaha yang harus didampingi. Dengan
asumsi 1 pendamping melayani 100 usaha, maka dibutuhkan 550 ribu pendamping.
Jumlah pendamping saat ini masih berkisar di angka 10 ribu. Sangat jauh dari
rasio ideal. Keadaan ini tentu berkontribusi pada kuantitas dan kualitas usaha
mikro yang ada di Indonesia. Peran pendamping usaha mikro menjadi cukup penting
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha mikro. Kajian tentang
pendamping usaha mikro saat ini merupakan kebutuhan mendesak yang harus
dilakukan oleh lembaga-lembaga social
entrepreneur, sehingga kita mempunyai rumusan yang jelas tentang pendamping
usaha mikro itu sendiri.
Seorang
pendamping secara umum memiliki tugas untuk mendampingi dan memberdayakan
sasaran program. Dalam konteks pendampingan usaha mikro, maka
yang menjadi sasaran program adalah para pengusaha mikro. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggerakkan potensi untuk mengatasi permasalahan yang mereka
hadapi. Kegiatan utama dalam pendampingan adalah berdialog/berdiskusi dengan
sasaran program. Dalam kegiatan dialog/diskusi ini, pelaku usaha dan pendamping
mengidentifikasi masalah, menganalisa, dan kemudian merencanakan sesuatu kegiatan sebagai
solusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dengan
demikian, tugas utama seorang pendamping adalah mengembangkan kapasitas sasaran
program, sehingga mampu mengorganisir dan menentukan sendiri upaya-upaya yang
diperlukan dalam memperbaiki kehidupan
(usaha) mereka. Pendamping bekerja bersama-sama dengan sasaran program untuk
membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan dan potensi yang sebenarnya
mereka miliki, namun belum disadari dan dioptimalkan pemanfaatannya.
Pendampingan, Kunci Kemajuan Bisnis Mikro
Karjono
mengatakan sebagai mana yang dikutip oleh Ismawan, pendampingan adalah suatu
strategi untuk mencapai tujuan, dimana hubungan antara pendamping dan yang
didampingi adalah hubungan dialogis (saling mengisi). Di awali dengan memahami realitas
masyarakat dan memperbaharui kualitas realitas ke arah yang lebih baik. Pendampingan
sejatinya dimaksudkan untuk mempercepat kemajuan usaha dengan cara memperluas
pengetahuan tentang bagaimana mengelola sumber daya secara efektif dan efisien.
Di
sisi lain, pendampingan juga merupakan salah satu bentuk
manajemen resiko bagi lembaga keuangan mikro yang melayani kredit kepada para
pengusaha mikro. Dengan melakukan pendampingan, dana
yang telah dikucurkan akan lebih aman karena mereka akan mengetahui bagaimana
penggunaan dana kredit dan bagaimana cara pengelolaannya,
sehingga kepastian pengembalian kredit menjadi menguat.
Keberadaan
pendamping menjadi salah satu faktor penting kemajuan usaha mikro yang ada di sekitar kita. Kualitas seorang pendamping
harus senantiasa ditingkatkan sehingga pendamping dapat mengembangkan usaha
mikro dengan baik. Supaya pendamping mampu memberikan kontribusi yang baik
terhadap perkembangan para pelaku usaha mikro, maka pendamping harus memahami
konsep dasar, tugas dan peran, karakteristik, kompetensi, dan
persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendampingan usaha mikro. Dalam proses pendampingan, pendamping juga harus
menghindari peran dan sikap sebagai seorang pembina, karena pada dasarnya
seorang pendamping merupakan mitra kerja dan motivator bagi pelaku usaha dalam
rangka untuk mengembangkan usaha mereka.
Sebagai
upaya untuk berkontribusi dalam penyediaan pendamping usaha mikro yang
kompeten, Yayasan Insan Sembada (YIS) dan Mien Rachman Uno Foundation (MRUF)
bekerjasama untuk mengembangkan sebuah konsep peningkatan kapasitas pendamping
bisnis mikro, khususnya melalui lembaga keuangan mikro (BMT). Peningkatan
kompetensi pendamping ini diramu menjadi sebuah pelatihan yang dinamakan
‘Pendidikan Pendamping Bisnis Mikro’. Pelatihan perdana dilaksanakan pada 28
Oktober - 03 November 2013 di Hotel Malioboro Inn Solo, yang diikuti oleh 15
peserta perwakilan 12 BMT dari Kota Bandung, Bogor, Garut, dan Tasikmalaya.
Adapun
materi yang disampaikan dalam proses pelatihan ini, yaitu: Manajemen Bisnis
Mikro (Perencanaan, Manajemen Keuangan, Pemasaran, dan Produksi); Pendampingan
Bisnis Mikro (Konsep dan Teknik Pendampingan); serta materi Training of
Trainer/ToT sebagai bekal bagi masing-masing peserta agar bisa mentransfer
informasi dan pengetahuan yang telah didapatkan selama proses pelatihan kepada staf
BMT yang lain dan juga bagi masyarakat. Namun materi pelatihan yang disampaikan
sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan konteks (kebutuhan)
masing-masing calon lembaga pendamping dan wilayah kerjanya.
Ke
depannya, kami akan terus mengembangkan program ini dengan lebih memperluas
jangkauan wilayah dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang concern pada pengembangan bisnis mikro
di Indonesia. Kami sangat terbuka untuk berdiskusi, merencanakan, dan
melaksanakan pengembangan program ini di berbagai wilayah, sesuai dengan
kebutuhan dan konteks masing-masing. Mari bersama kami, ikut andil dalam
program pengembangan bisnis mikro, sebagai kontribusi nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. (IS)
Oleh: Iwan
Setiyoko, Manager
of Research & Development YIS Solo
Sumber: www.yis.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar