Rabu, 10 Agustus 2022

Ini Tantangan Dunia Pendidikan Indonesia!


Eduwara.com, SOLO – Kemajuan pendidikan di Indonesia masih dilingkupi berbagai tantangan, mulai dari angka partisipasi siswa di tingkat prasekolah dan pendidikan tinggi yang masih kurang dari 40 persen hingga kurang memadainya hasil pendidikan dasar dan menengah yang  belum bisa direfleksikan sebagai landasan berpikir.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK), Iwan Setiyoko dalam Serial Diskusi Pendidikan Merdeka Belajar: Telaah Kritis Program Sekolah Penggerak, Jumat (29/7/2022). Diskusi yang diselenggarakan Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta (MPPS) itu diadakan di kantor Yayasan Kepedulian untuk Anak (KAKAK), Purwosari, Solo.

Menurutnya, kurang meratanya infrastruktur sekolah sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan. Di sisi lain, di ranah pendidikan tinggi yang masih juga banyak permasalahan seperti tidak ada sinkronisasi antara kurikulum yang digunakan di pendidikan tinggi dengan kesiapan para lulusannya di dunia kerja.

Masih Terjalkah Jalan Menuju Merdeka Belajar?

Diskusi Pendidikan MPPS Membedah Merdeka Belajar 

"Merdeka Belajar bersifat holistik, mentransformasikan demi terwujudnya SDM unggul Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila yang terdiri dari enam unsur : Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak Mulia, mandiri, bernalar kritis, Berkebhinnekaan Global, Gotong Royong dan Kreatif, dimana esensinya Merdeka Belajar semua berpusat kepada anak dan membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran secara optimal." Iwan Setiyoko

 

***

Ada nuansa yang tidak biasa pada diskusi yang digelar oleh Masyarakat Peduli Pendidikan Surakarta (MPPS) yang berlangsung secara luring di Ruang Anawim, Yayasan YAPHI, pada Rabu (27/6) sebab Iwan Setiyoko, Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) yang menjadi narasumber mengajak secara aktif dan partisipatif para peserta diskusi  menjawab berbagai pertanyaan terlebih dahulu sebelum diskusi membahas tema pokok yakni tentang Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar.

Beberapa catatan didapat dari para peserta terkait apa itu Merdeka Belajar. Ada yang menjawab bahwa Merdeka Belajar adalah kurikulum yang berpusat pada anak, sekolah gratis (dibayar pemerintah), bebas bertanggung jawab, pembelajaraan sesuai dengan yang diminta, situasi belajar yang menyenangkan, tidak mengekang, memberikan kemerdekaan kepada siswa untuk belajar, guru bisa mencari potensi masing-masing siswa, guru menjadi fasilitator untuk murid belajar, pola pikir guru perlu diubah, lingkungan belajar yang inklusif, mengakomodir kebutuhan setiap murid, pola pikir dan proses pembelajaran yang instan dan Multiple Intelegence Sistem (MIS), serta pembelajaran guru harus menyesuaikan potensi masing-masing anak. 

Gotong Royong Memajukan Pendidikan Melalui Program Organisasi Penggerak

 GTK – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menggelar Seminar Nasional Program Organisasi Penggerak (POP) bertema “Gotong Royong Memajukan Pendidikan Melalui Program Organisasi Penggerak” secara hibrida di Jakarta, pada Rabu (22/12/2021). Para peserta seminar yang merupakan perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) peserta POP dan telah mengimplementasikan programnya di sejumlah satuan pendidikan hadir dengan protokol kesehatan yang ketat.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Iwan Syahril mengapresiasi seluruh organisasi kemasyarakatan yang telah berpartisipasi memperkuat kolaborasi meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. “Terima kasih kepada para kepala dinas pendidikan dan ormas-ormas yang telah bekerja keras dan bahu-membahu membantu para pendidik dan tenaga kependidikan untuk terus belajar melalui POP,” tutur Dirjen Iwan.  

Dirjen Irwan menegaskan, POP sejak awal digagas sebagai gerakan gotong royong pendidikan. “POP mewujudkan budaya dan semangat kolaborasi Merdeka Belajar antara pemerintah dan ormas secara masif melalui berbagai pelatihan dan pendampingan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas peserta didik,” tutur Iwan.