Kelor merupakan salah satu tanaman yang bisa menjadi bahan makanan alternatif untuk memperkuat kualitas kesehatan masyarakat, khususnya perempuan dan anak. Manfaat yang bisa diambil adalah dalam upaya pencegahan stunting pada anak dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil. Di Desa Sambirejo tanaman kelor sangat mudah ditemui, meskipun dalam jumlah yang masih terbatas. Awalnya, Kelor banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pakan ternak maupun ritual adat, namun sekarang sudah mulai digunakan sebagai bahan pangan alternatif masyarakat yang murah dan menyehatkan.
Desa Sambirejo memiliki bentang alam yang
potensial menjadi obyek wisata, seperti Watuplenuk dan air terjun Banyunibo.
Selain itu desa ini juga memiliki potensi budaya dan ekonomi lokal yang
menarik, seperti: jemparingan, kirab ambengan, reog wirogo mudho, gejug lesung,
aneka kerajinan masyarakat (tenun lurik, topeng, batik ecoprint, wuwung seng,
ukir batu, ukir kayu, anyaman bambu dan plastik), serta produk olahan makanan kelompok
perempuan (eggrol kelor, keripik bonggol pisang, rengginang, dlsb). Meskipun
belum semuanya dapat terkelola secara optimal.
Namun dibalik potensinya yang melimpah, Desa
Sambirejo masih harus berjuang dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan,
seperti: stunting, KEK/Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil, serta anemia
pada remaja. Isu stunting menjadi salah satu program prioritas nasional yang
dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan karena tingginya angka stunting di
Indonesia dengan angka prevalensi stunting sebesar 24,4% di tahun 2021 (hasil
Survei Status Gizi Indonesia/SSGI). Salah satu desa yang masih terdampak
stunting adalah Desa Sambirejo dengan angka stunting sebesar 15%.
Stunting merupakan salah satu target Sustainable
Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan
berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi
pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Penanganan stunting juga
menjadi salah satu tujuan pokok Sustainable Development Goals (SDGs) Desa yang
diimplementasikan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT), terutama goals pertama dan kedua, yaitu desa
tanpa kemiskinan dan desa tanpa kelaparan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, masyarakat
berinisiatif untuk pemanfaatan potensi lokal yang ada dengan menginisiasi Gerakan
Pengolahan dan Pemanfaatan Kelor Sambirejo atau disingkat ‘GELAMOR BEJO’.
Melalui gerakan ini, diharapkan akan dapat berkontribusi dalam peningkatan
kualitas hidup perempuan dan anak, serta masyarakat Desa Sambirejo secara umum,
baik dari derajat kesehatan maupun peningkatan ekonomi produktif perempuan dan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar